Setidaknya lima dari hampir 20 start-up tutup sejak pandemi corona, terlibat dalam penyediaan bahan pokok seperti sayuran. Selain itu, dua startup serupa dinyatakan bangkrut.
Lima perusahaan rintisan penyedia bahan pokok yang menutup layanan atau area bisnis tertentu sejak wabah corona terjadi, yaitu:
Startup pemasok sayuran dan bahan pokok Brambang tutup dan ubah model bisnis Startup pemasok sayuran dan bahan pokok Sayurbox tutup toko dan bisnis offline di dua lokasi Startup pemasok sayuran dan bahan pokok Tanihub tutup bisnis ke layanan konsumen (B2C) Startup sayuran dan pemasok bahan pokok sayuran dan kebutuhan pokok HappyFresh ditutup sebentar tetapi dibuka kembali setelah mendapatkan pendanaan Memulai perdagangan cepat atau belanja kilat Pisang menutup operasi dan berencana untuk berporos
Sedangkan dua startup serupa yang dinyatakan pailit adalah:
Stoqo Tumbasin
EVP Consumer Goods and Lifestyle PT Global Digital Niaga Tbk alias Blibli Fransisca Krisantia Nugraha menilai alasan banyak start-up e-groceries tutup atau bangkrut karena konsumen ingin terus diuntungkan.
“Saya tidak mau rugi. Saya ingin maksimalkan,” ujar Fransisca dalam Diskusi Perspektif Media Blibli tentang e-groceries di Jakarta, Kamis (22/6).
Meski margin keuntungan dari startup e-groceries tipis.
Selain konsumen yang sensitif terhadap harga dan promosi, startup e-groceries harus mempersiapkan biaya pengiriman. Menurutnya, membakar uang untuk memberikan gratis ongkos kirim merupakan salah satu faktor terbesar dalam bisnis e-grocery.
“Kalau ada promo gratis ongkos kirim, download aplikasinya dan belanja terus,” ujarnya. “Saat pengiriman gratis dibatalkan, aplikasi dihapus dan dipindahkan ke platform lain.”
“Itu kebiasaan yang sangat-sangat umum di pasar Indonesia,” tambah Fransisca.
Kajian Nielsen juga menunjukkan bahwa promosi menjadi faktor utama konsumen di Indonesia bertransaksi di e-commerce. Hal ini senada dengan laporan survei Populix bertajuk Indonesian Buyer Behavior in Promotion Week Facing Economic Uncertainty 2023 yang dapat dilihat pada Databox di bawah ini:
Untuk mendorong efisiensi, startup e-groceries harus mengelola gudang mereka sendiri. Ini adalah biaya tinggi.
Menurutnya, Blibli bisa menangani biaya tinggi dalam bisnis e-groceries, karena produknya yang beragam. E-commerce berwarna biru muda ini memiliki ekosistem yang luas.
Gudang Blibli tidak hanya mengoperasikan Bliblimart, tetapi juga bisnis lainnya seperti jasa travel Tiket.com, Ranchmarket, elektronik hingga produk gaya hidup seperti fashion.
“Biayanya bisa kita share agar lebih optimal sehingga bisnis bisa tumbuh berkelanjutan,” ujarnya.
Startup e-groceries yang hanya fokus pada satu kategori, menurutnya, akan kesulitan mempertahankan rasio keuangan yang sehat. “Sebab, kebiasaan konsumen memang ingin untung,” ujarnya.
Ia pun mencontohkan kebiasaan masyarakat Indonesia berbelanja online yang menginginkan gratis ongkos kirim.