Silicon Valley Bank atau SVB runtuh akhir pekan lalu. Sedangkan di Indonesia, ada perusahaan rintisan yang mendapat investasi dari investor di Silicon Valley atau kantor pusat Google.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, sangat sedikit startup Indonesia yang mendapatkan investasi dari modal ventura atau (VC) yang berbasis di Silicon Venture Capital Valley.
“Namun, kami masih mencari data konkret. Ada beberapa indikasi awal,” ujar Eddi kepada Katadata.co.id, Selasa (14/3).
Amvesindo juga mengumpulkan data terkait dampak ambruknya Silicon Valley Bank terhadap startup Indonesia. Indikasi awal dampaknya relatif kecil karena hanya segelintir pemodal ventura Indonesia yang berbisnis dengan bank raksasa ini.
Selain itu, “modal ventura Indonesia yang berinvestasi di startup di Amerika Serikat (AS) sangat sedikit,” tambah Eddi.
Bank yang memiliki model bisnis seperti Silicon Valley Bank juga belum ada di Indonesia. Jadi, tidak ada kaitannya dengan ekosistem di Indonesia, seperti yang terjadi pada bank-bank Amerika.
“Dampaknya terhadap startup Indonesia kecil. Dengan atau tanpa keputusan regulasi, terserah masing-masing startup untuk mengelola pendapatan dan biaya,” katanya.
Salah satu pendiri Golden Gate Ventures Vinnie Lauria juga mencatat bahwa kebanyakan startup di Asia bukanlah klien Silicon Valley Bank.
Namun, sejumlah pemodal ventura di Asia, termasuk perusahaan, menaruh dananya di Silicon Valley Bank. Namun, Golden Gate Ventures menempatkan kurang dari 1% dari dananya di bank yang ambruk itu.
“Biasanya, modal ventura memiliki dana minimal di rekening bank. Kami lebih memilih menjalankannya dengan berinvestasi, atau menyerahkannya kepada limited private partner (LP),” tulis Lauria dalam postingan di LinkedIn akhir pekan lalu (11/3).
Namun dia tetap meminta para startup berhati-hati.
“Jika Anda memiliki startup di Asia Tenggara tanpa rekening Silicon Valley Bank, berhati-hatilah karena Anda akan merasakan efek dari situasi ini dalam beberapa bulan ke depan, jika tidak besok,” tambahnya.
Dia juga mendesak para CEO startup untuk terus mempertahankan anggaran yang hati-hati dan jumlah karyawan yang lebih ketat. Akses ke pendanaan akan tetap menantang, dan dengan lebih sedikit uang yang beredar, valuasi akan turun.
“Ini bukan berita, tapi pengingat,” kata Lauria.
Y Combinator adalah salah satu investor startup yang terkena dampak dari runtuhnya Silicon Valley Bank. Y Combinator berinvestasi di startup Indonesia seperti Lumina, Magic dan PINA.
Sepertiga startup di komunitas Y Combinator dilaporkan telah terpengaruh. Presiden dan CEO Y Combinator Garry Tan mengatakan ada sekitar 3.000 startup yang didukung yang memiliki ikatan dengan Silicon Valley Bank.
Sedangkan hasil survei Y Combinator adalah sebagai berikut:
Hampir 400 mengatakan mereka terpapar
“Seluruh komunitas startup sedang berada di ujung tanduk sekarang,” ujar Tan seperti dikutip CNBC International, Senin (13/3).
(Terjadi perubahan judul dan deskripsi pada pukul 13.57 WIB)