AirAsia Food dilaporkan telah menutup layanannya di Singapura. Sementara di Indonesia, perseroan mencatatkan peningkatan jumlah pengguna aktif dan transaksi.
AirAsia Food akan tersedia di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi mulai Maret 2022. “Sejak peluncuran pertama, kami melihat pertumbuhan signifikan yang konsisten untuk AirAsia Food Indonesia,” kata Head of Delivery Airasia Super App Indonesia Arbi Wienandar kepada Katadata.co.id, Selasa (3/1).
Peningkatan ini dilihat dari jumlah pengguna aktif, transaksi, dan minat merchant untuk bergabung dalam ekosistem AirAsia Food. Namun, dia tidak memecahkan nomor tersebut.
Ia hanya mengungkapkan, perusahaan berupaya mengoptimalkan layanan, mengembangkan inovasi program, dan mengutamakan nilai tambah.
Dia juga menolak mengomentari kabar penutupan AirAsia Food di Singapura. Sebelumnya, seorang reporter Straits Times mengatakan dirinya tidak bisa memesan AirAsia Food di negeri jiran itu selama 20-31 Desember 2022.
Muncul pesan yang mengatakan bahwa alamat tersebut berada di luar area jangkauan layanan, demikian bunyi notifikasi di platform AirAsia Food Singapore seperti dikutip dari Straits Times, Minggu (1/1).
Reporter Straits Times itu juga menyebutkan bahwa fitur pengiriman makanan telah menghilang dari aplikasi AirAsia di Singapura.
Layanan AirAsia Food tersedia di Singapura mulai Maret 2021. Perusahaan membebankan komisi kepada mitra merchant 15% atau kurang dari GrabFood, FoodPanda, dan Deliveroo.
AirAsia mengatakan komisi yang lebih rendah berarti biaya yang lebih rendah bagi pelanggan.
Para ahli mengatakan pendatang baru seperti AirAsia di bisnis pesan-antar makanan di Singapura akan kesulitan mendapatkan pijakan. Pasalnya, pemain lama seperti Grab telah menguasai pasar lokal.
“Pasar pengiriman makanan Singapura sepenuhnya didominasi oleh GrabFood, pemain terbesar. Disusul FoodPanda dan Deliveroo,” ujar Profesor Lawrence Loh dari National University of Singapore (NUS) Centre for Governance and Sustainability. “Sangat jenuh dan tidak ada ruang untuk pendatang baru, termasuk AirAsia.”
Asisten Profesor di Sekolah Bisnis NUS, Dr Zafar Momin, mengatakan hal yang sama.
“Perusahaan pengiriman makanan membangun skala ekonomi yang layak dan menjadi cukup mengakar di pelanggan, restoran, dan pengemudi, jadi lingkungan yang sulit bagi pendatang baru,” katanya.