Grab resmi menutup layanan dapur sewanya alias cloud kitchen GrabKitchen hari ini. Ada karyawan yang terkena dampak keputusan ini termasuk yang terkena PHK.
Chief Communications Officer Grab Indonesia Mayang Schreiber mengatakan, GrabKitchen telah beroperasi sejak 2018. “Selama empat tahun beroperasi, terjadi pertumbuhan yang tidak konsisten, serta pergeseran ke model bisnis asset-light,” katanya kepada Katadata.co. id, pada (22) Oktober/10).
“Situasi ini memaksa kami mengambil keputusan sulit untuk tidak melanjutkan operasional GrabKitchen di Indonesia, efektif 19 Desember,” tambahnya. “Langkah keras ini berdampak langsung pada puluhan karyawan Grab.”
Grab memberikan kesempatan bagi karyawan yang terkena dampak untuk menempati posisi di departemen lain.
Sedangkan bagi yang memutuskan berpisah dengan perusahaan, Grab memberikan kompensasi dan memenuhi kewajiban sesuai aturan. Selain itu, Grab memberikan kompensasi tambahan berupa:
Tambahan santunan berdasarkan itikad baik perusahaan (Goodwill Payment) dengan besaran sesuai kebijakan perusahaan Tambahan santunan terkait masa pemberitahuan kepada karyawan (Notice Payment) Perpanjangan asuransi kesehatan hingga 31 Desember Pembayaran dana fleksibel karyawan/GrabFlex Pencairan sisa liburan hari, cuti tahunan dan cuti hamil untuk ibu hamil (maternity leave) dan paternity leave Dukungan konseling melalui Program Bantuan Grabber Kesempatan untuk mengeksplorasi posisi yang tersedia di bagian lain dari ekosistem Grab Berbagai program pelatihan meliputi: perencanaan karir, teknik pencarian kerja, personal branding, dll .
“Kami berharap upaya ini dapat membantu para pekerja yang terkena dampak dalam situasi sulit ini. Atas kebersamaan yang telah dibina, kami sangat berterima kasih kepada semuanya,” ujar Mayang.
Grab mencatat total transaksi bruto alias Gross Merchandise Value (GMV) pada kuartal ketiga sebesar US$ 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,9 triliun. Ini meningkat 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) sebesar US$ 4 miliar.
“Hasil kuartal ketiga menunjukkan kemampuan kami untuk mendorong pertumbuhan dan profitabilitas secara bersamaan,” ujar Co-Founder dan Chief Executive Officer Grab Group Anthony Tan dalam siaran pers bulan lalu (16/11).
Decacorn menjelaskan, pertumbuhan transaksi didukung oleh pemulihan yang kuat di segmen layanan mobilitas dan pengiriman.
Grab meraih keuntungan yang menguntungkan untuk layanan pengiriman seperti GrabExpress, dan pengiriman makanan GrabFood. Titik impas berarti tidak ada kerugian, tetapi tidak ada lagi keuntungan.
Dengan rincian sebagai berikut:
Delivery: Grab mencatatkan peningkatan 5% yoy pada segmen pengiriman dari US$2,3 miliar menjadi US$2,4 miliar atau sekitar Rp37,6 triliun. Mobilitas: Peningkatan transaksi di segmen mobilitas tercatat meningkat 105% yoy dari US$529 juta menjadi US$1 miliar atau sekitar Rp15,6 triliun Layanan keuangan: GMV di segmen layanan keuangan Grab meningkat 31% dari US$1,1 miliar menjadi US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun
Secara keseluruhan, Grab mencatatkan kerugian 65% yoy dari US$988 juta pada kuartal ketiga 2021 menjadi US$342 juta (Rp5,3 triliun) pada periode yang sama tahun ini.
“Hasil kuartal ketiga menunjukkan kemampuan kami untuk mendorong pertumbuhan dan profitabilitas secara bersamaan,” ujar Co-Founder dan CEO Grab Group Anthony Tan dalam siaran pers, Kamis (16/11).
Penurunan kerugian tersebut terutama disebabkan oleh penghapusan beban bunga non tunai atas saham preferen konvertibel milik Grab yang dikonversi menjadi saham biasa pada Desember 2021.
Dia mengatakan Grab fokus pada struktur biaya dan insentif untuk mencapai titik impas. Namun perusahaan juga terus berinovasi untuk mendorong frekuensi transaksi, retensi dan keterlibatan pengguna.
“Kami percaya bahwa kami memiliki landasan yang kuat untuk terus mengembangkan bisnis kami secara berkelanjutan,” ujar Anthony.