Indonesia secara resmi telah ditingkatkan menjadi negara berpendapatan menengah ke atas berdasarkan kategorisasi terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Investor Indonesia juga menyampaikan dampak positif bagi startup.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup atau Amvesindo Eddi Danusaputro mengatakan startup di sektor direct-to-consumer atau D2C, e-commerce dan business-to-consumer alias B2C secara keseluruhan dapat memberikan dampak positif atau teratas.
“Tapi karena biaya modalnya masih tinggi, akhirnya masih menantang,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Rabu (5/7).
Biaya modal atau cost of capital adalah biaya riil atau aktual yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang digunakan untuk membiayai investasi atau operasi. Sedangkan bagian bawah mengacu pada laba bersih.
Menurut Eddi, peningkatan status Indonesia menjadi negara kelas menengah akan meningkatkan konsumsi dan pengeluaran masyarakat.
Namun, harus ditinjau kembali apakah kenaikan pendapatan itu merata di semua lapisan, tidak hanya pada konglomerat. Jika seimbang, maka sektor hiburan dan perhotelan atau pariwisata juga akan lebih diminati.
Sementara itu, Co-Founder dan Managing Partner Ideosource dan Gayo Capital, Edward Ismawan Chamdani mengatakan startup dan investor yang fokus di sektor hiburan dan pariwisata akan semakin diminati karena didorong oleh peningkatan belanja publik.
“Tapi kita juga perlu melihat faktor inflasi global dan dampaknya terhadap Indonesia,” katanya. “Apakah angka yang meningkat ini benar-benar mencerminkan peningkatan daya beli.”
Daya beli adalah kecenderungan seseorang untuk membelanjakan uang untuk memuaskan keinginan.
Apalagi level Indonesia hanya naik tipis dari status menengah ke bawah. Pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita Indonesia meningkat 9,8% secara tahunan alias year-on-year/yoy menjadi US$ 4.580 pada tahun lalu. Angka itu sedikit berbeda dari batas negara berpenghasilan menengah ke bawah sebesar US$ 4.465.
“El Salvador, Indonesia, serta wilayah Tepi Barat dan Gaza semuanya sangat dekat dengan ambang pendapatan menengah ke atas pada tahun 2021. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi tahun lalu, cukup membawa ekonomi ke dalam kategori ini, ” dikutip dari pernyataan Bank Dunia, Senin (3/7).
Indonesia sebenarnya masuk golongan menengah ke atas pada tahun 2019. Namun, pandemi corona memaksa Indonesia kembali ke golongan menengah ke bawah selama dua tahun berturut-turut.
Kini status Indonesia kembali naik, namun tingkat pendapatan per kapita Indonesia masih jauh dari target negara berpendapatan tinggi, yaitu pendapatan rata-rata penduduk di atas US$ 13.845.
Bank Dunia kembali menaikkan ambang batas untuk setiap kategori pendapatan tahun ini. Dengan rincian sebagai berikut:
Negara berpenghasilan rendah memiliki pendapatan per kapita US$ 1.135 ke bawah. Ambang batas ini telah meningkat dari sebelumnya US$ 1.085. Negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki pendapatan per kapita US$ 1.146 – US$ 4.465. Ambang batas ini telah meningkat dari sebelumnya US$ 1.086 – US$ 4.255. Negara berpenghasilan menengah ke atas memiliki pendapatan per kapita US$ 4.466 – US$ 13.845. Ambang batas ini telah meningkat dari sebelumnya US$ 4.256 – US$ 13.205. Negara berpenghasilan tinggi memiliki pendapatan per kapita lebih dari US$ 13.845. Ambang batas ini telah meningkat dari sebelumnya US$ 13.205.