Investor dari 10 negara termasuk Amerika Serikat (AS), India, Australia hingga Singapura bertemu dengan 80 startup Indonesia di Bali selama 15 – 16 September. Mereka hadir dalam acara HUB.ID Summit X Nexticorn 2023.
Acara yang digelar di Nusa Dua, Bali itu mempertemukan investor dengan startup yang akan diberi investasi.
Ada lebih dari 130 investor yang hadir dalam acara tersebut. Mereka bertemu dengan 80 startup tahap awal di bawah HUB.ID dan 50 perusahaan rintisan tingkat lanjut dari naungan Nexticorn.
“Kami juga melibatkan lebih dari 16 sektor startup yang ada dan 10 negara venture capital yang terlibat,” kata Direktur Ekonomi Digital Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo I Nyoman Adhiarna di Nusa Dua, Jumat (15/9).
HUB.ID Summit sendiri merupakan program yang digagas oleh Kementerian Kominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika. Kegiatan mempertemukan startup, perusahaan modal ventura lokal dan global, industri, kementerian dan lembaga, BUMN, serta mitra bisnis.
Adhiarna memproyeksikan startup menyumbang US$ 130 miliar atau sekitar Rp1.982 triliun terhadap nilai ekonomi digital Indonesia pada 2025.
“Saya melihat startup merupakan aktor yang sangat signifikan mewujudkan capaian dari ekonomi digital Indonesia. Kami berharap startup bisa memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi dan memberikan dampak signifikan kepada masyarakat,” kata Adhiarna.
Beberapa investor yang hadir dalam acara tersebut di antaranya Accel, Gobi Partners, KKR, Peak XV, Insignia Ventures Partner, Northstar Ventures hingga B Capital Group. Sementara investor dalam negeri yang ikut seperti East Ventures, Mandiri Capital Indonesia, BNI Ventures hingga BRI Ventures.
Managing Director Peak XV Partners Rohit Agarwal mengatakan, Indonesia sangat menarik dari sisi jumlah populasi dan Produk Domestik Bruto atau PDB per kapita. Oleh karena itu, menurutnya sektor startup yang dinilai potensial yakni:
Yang merambah bisnis consumer goods, termasuk e-commerceLayanan keuangan alias fintech
“Anda memerlukan sejumlah pembayaran agar dapat bertransaksi,” kata dia dalam Bloomberg CEO Forum at Asean, pekan lalu (6/9). “Kami terus mencari platform konsumen barang konsumsi. Begitu pula fintech.”
Rohit menyatakan bahwa Peax XV selalu menjadi investor tahap awal, meskipun di Indonesia sudah ada startup besar seperti Gojek dan Tokopedia. Investasi Peax XV ke startup mulai dari US$ 5 – 15 juta.
“Namun kami dengan senang hati mendukung dan bermitra dengan pendiri dalam jangka waktu yang lama,” ujarnya. Tahun lalu, investasi Peax XV di Asia Tenggara mencapai US$ 850.
General Partner, Vertex Ventures Southeast Asia and India Carmen Yuen mengungkapkan tiga hal yang menjadi kriteria Vertex dalam berinvestasi ke startup, di antaranya:
1. Startup harus benar-benar mendefinisikan cara mereka
Menurutnya, startup harus cukup gesit untuk beralih ke hal lain yang benar-benar bermanfaat. “Jadi dibutuhkan keberanian para pendiri untuk benar-benar menolak permintaan beberapa investor atau lebih anggota agar mereka bisa berkembang,” kata Carmen.
2. Founder harus lebih berani, hebat, dan menonjol
Carmen mengatakan pendiri startup yang hebat berusaha keras untuk mempekerjakan orang yang tepat. Menurutnya, perusahaan rintisan masif melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan, berarti mereka diharuskan membuang sumber daya dengan cermat.
3. Berfokus pada EBITDA atau laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi positif
Sementara Founding General Partner, B Capital Kabir Narang mengatakan,inflasi menjadi tantangan saat ini, termasuk bagi Indonesia. Oleh karena itu, ia mencari startup yang mampu bertahan secara berkelanjutan di tengah situasi ini.
“Sangat menarik untuk melihat bagaimana beberapa pengusaha berpikir tentang profitabilitas,” ujar Kabir.
Selain itu, Kabir mengatakan akan melihat bagaimana inovasi dari startup supaya bisa tumbuh berkelanjutan.