Merger dan akuisisi dianggap sebagai pilihan bagi startup untuk meningkatkan bisnis mereka di tengah ketidakpastian ekonomi global. Terlebih lagi, investor semakin selektif dalam berinvestasi.
“Itu (merger dan akuisisi) adalah opsi selain mencari pendanaan,” kata Ketua Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, Kamis (22/12).
Merger dan akuisisi juga ditujukan untuk memperoleh pertumbuhan anorganik.
Hal senada disampaikan Co-Founder dan Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani. “Merger dan akuisisi akan terus terjadi di sektor tertentu seperti fintech dan logistik,” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (22/12).
Begitu juga dengan Mitra Umum 27V Atin Batra. “Mengingat pasar modal yang ketat, perusahaan yang kekurangan uang akan mencari akuisisi sebagai hasil yang menguntungkan bagi investor mereka,” katanya.
Beberapa investor mengaku lebih memilih initial injection atau akuisisi portofolio ketimbang initial public listing alias penawaran umum perdana (IPO). Alasannya, lebih menguntungkan.
“Kalau diakuisisi ternyata (valuasi) sahamnya naik terus,” kata Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li dalam seminar Exit Mechanism untuk Investor & Perusahaan Startup di Jakarta, Selasa (12/6).
Namun, dia menekankan bahwa strategi tersebut tidak dapat digeneralisasikan untuk semua perusahaan.
Dia menunjukkan bahwa akuisisi dan IPO memiliki nilai tambah dan tidak. “Keduanya bisa menjadi strategi potensial tergantung situasi,” katanya.
Secara keseluruhan, strategi keluar untuk IPO, merger, akuisisi, dll ditujukan untuk meningkatkan skala bisnis.