Pemerintah mendorong munculnya perusahaan start-up di sektor ekonomi hijau. Deputi Koordinator Bidang Infrastruktur dan Perhubungan Menko Maritim Rachmat Kaimuddin berharap akan ada unicorn start-up di bidang green economy, seperti Tesla yang memproduksi mobil listrik.
Rachmat mengatakan pemerintah ingin membangun industri mobil listrik atau kendaraan listrik di Indonesia, tidak hanya baterai. Ekosistem di Indonesia mendukung perkembangan industri mobil listrik.
“Energinya banyak, listrik di Indonesia tidak ada masalah. Sumber daya alam seperti nikel ada di Sulawesi dan Maluku,” kata Rachmat di Jakarta, Rabu (3/1).
Rachmat menjelaskan, saat ini semakin dibutuhkan perusahaan start-up untuk menghasilkan produk yang nyata. Era tersebut berbeda dengan 10-15 tahun lalu ketika pemerintah berinvestasi membangun ekonomi digital.
“Seperti membuat platform, marketplace, e-commerce, macam-macam,” kata Rachmat.
Saat ini, kendaraan listrik di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan asing. Diharapkan akan ada perusahaan start-up dengan produk EV berkualitas yang mampu menguasai pasar Indonesia.
“Saat ini produsen EV masih sangat sedikit, mereknya juga tidak top. Kami berharap lebih banyak lagi merek lokal atau industri lokal yang bisa bergabung,” katanya.
Insentif bea cukai untuk Tesla
Pemerintah akan memberikan insentif pembebasan bea masuk mobil listrik complete built (CBU) kepada Tesla jika perusahaan Elon Musk tersebut berkomitmen untuk mendirikan pabrik mobil listrik di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Penanaman Modal Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hari Seto mengatakan, langkah tersebut bertujuan agar harga mobil listrik Tesla di dalam negeri lebih kompetitif.
“Kami akan memberikan mereka CBU bebas pajak impor selama mereka berkomitmen untuk membangun pabrik di Indonesia,” kata Seto saat ditemui usai agenda Energy and Mining Outlook 2023 CNBC, Kamis (23/2).
Selain itu, pembebasan bea masuk juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan Tesla memasarkan produk mobil listriknya secara lebih besar di pasar domestik. “Karena penting bagi mereka untuk menguji pasar produk mobilnya,” kata Seto.
Dia mengatakan, insentif tersebut sejalan dengan komitmen masa pembangunan pabrik mobil listrik tersebut. Seto juga melaporkan bahwa rencana mengakuisisi pabrik mobil listrik Tesla bergerak ke arah yang positif.
“Misalnya mereka butuh waktu 3 tahun untuk membangun pabrik, maka kami beri waktu 3 tahun untuk dia bisa impor CBU tapi dengan syarat dia harus jadi pabriknya,” kata Seto.
Seto menjelaskan pemerintah belum memberikan tenggat waktu maksimal kepada Tesla untuk membangun pabrik mobil listrik. Pasalnya, Tesla baru saja membangun pabrik mobil listrik di Jerman dan Austin, Amerika Serikat (AS). “Tidak ada batasan, yang penting kita dapat komitmen dulu,” kata Seto.
Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan Tesla hanya berencana berinvestasi di sektor pengadaan pabrik mobil listrik.
Pernyataan ini sekaligus menepis isu yang mengabarkan bahwa Tesla akan berinvestasi dalam produksi baterai kendaraan listrik. “Tidak, baterai kita cukup banyak. Ada lagi Contemporary Amperex Technology atau CATL,” ujarnya.