Kerugian utama Gojek dan Tokopedia yakni GoTo meningkat menjadi Rp 40,5 triliun sepanjang tahun lalu. Sementara itu, kerugian bagi Grab dan induk Shopee, Sea Ltd, menyempit.
Rincian kerugian GoTo, Grab dan Induk Shopee secara tahunan (year-on-year/yoy) adalah sebagai berikut:
GoTo naik 56% menjadi Rp 40,5 triliun Grab turun 51% menjadi US$ 1,74 miliar Sea Ltd turun 18,9% menjadi US$ 1,7 miliar
Sebagian besar kerugian GoTo tidak terkait dengan operasi perusahaan, tetapi hanya pada catatan akuntansi. Salah satunya karena kerugian penurunan nilai goodwill sebesar Rp10,9 triliun.
Nilai goodwill yang dimiliki GoTo merupakan hasil valuasi yang muncul pasca merger Gojek dan Tokopedia pada tahun 2021. Merger ini menghasilkan selisih antara nilai wajar dan nilai pasar.
Sekitar dua tahun lalu, valuasi saham teknologi meningkat signifikan. Namun saat ini valuasi saham teknologi tidak lagi sama dan harus dilakukan revaluasi dalam bentuk uji penurunan nilai goodwill.
Chief Executive Officer SW Indonesia Michell Suharli mengungkapkan uji penurunan nilai goodwill harus dilakukan setiap tahun. Jika hasil pengujian menunjukkan adanya kerugian penurunan nilai, maka perusahaan harus mengakui kerugian penurunan nilai goodwill tersebut dan menghitungnya dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
“Perusahaan mencatat rugi penurunan nilai atas goodwill, akibat kondisi pasar yang memburuk, meski tidak menutup kemungkinan di saat bersamaan, bisnis tumbuh,” kata Suharli dalam keterangan tertulis, Senin (20/3).
Penyebab kerugian GoTo lainnya adalah:
Penutupan JD.ID di Indonesia dan kerugian yang belum direalisasikan pada penerbit PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). GoTo adalah salah satu investor JD.ID. Penambahan beban perampingan organisasi akan dilaksanakan pada akhir tahun 2022, yaitu PHK 1.300 orang.
Tahun ini, biaya yang dikeluarkan GoTo untuk karyawan akan berkurang secara signifikan karena berkurangnya jumlah karyawan.
“Kami percaya bahwa EBITDA impas dapat dicapai lebih cepat setelah GoTo mengambil beberapa tindakan, seperti mengurangi biaya variabel melalui pengurangan promosi dan insentif bagi pelanggan. Pengurangan biaya tetap bersamaan dengan peningkatan tingkat take-up,” tulis riset Ciptadana Sekuritas.
Pesaing GoTo, Grab, bahkan sudah memajukan target impas atau impas meski belum mendapat untung hingga akhir tahun ini.
Berikut perbandingan pendapatan GoTo, Grab dan Induk Shopee:
Pergi ke
Pendapatan kotor meningkat 35% menjadi Rp 22,9 triliun Contribution margin meningkat 28% dari negatif Rp 8,8 triliun menjadi Rp 6,3 triliun Adjusted earning sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA turun 3% dari negatif Rp 16,5 triliun menjadi Rp. 16 triliun
Merebut
Pendapatan naik 112% menjadi US$ 1,43 miliar: Pengiriman barang dan makanan (GrabExpress dan GrabFood) naik 349% menjadi US$ 663 juta Pengiriman orang atau GrabBike naik 40% menjadi US$ 639 juta Keuangan naik 166% menjadi US$ 71 juta Enterprise dan unit bisnis lainnya meningkat 37% menjadi US$ 60 juta Adjusted EBITDA meningkat 6% menjadi negatif US$ 793 juta
Orang tua Shopee, Sea Ltd
Pendapatan GAAP naik 25,1% menjadi US$12,4 miliar Laba kotor naik 33,1% menjadi US$5,2 miliar Rugi bersih turun 18,9% menjadi US$1,7 miliar Adjusted EBITDA menurun dibandingkan tahun 2021 minus US$593,6 juta menjadi negatif US$878,1 juta