Miklos Sunario, remaja 19 tahun asal Indonesia menyampaikan pidato tentang penerapan teknologi AI atau kecerdasan buatan dalam pendidikan. Teknologi ini adalah dasar dari ChatGPT.
“Saya mendapat kehormatan luar biasa untuk berbicara di Forum Kemitraan ECOSOC Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas nama perusahaan saya, EduBeyond,” kata Miklos melalui halaman LinkedIn-nya minggu lalu.
“Saya berbicara tentang kualitas pendidikan, dan bagaimana digitalisasi dan personalisasi pembelajaran dapat mengatasi masalah ini,” tambahnya.
Ini adalah pertama kalinya dia berbicara di konferensi PBB. “Saya bahkan tidak tahu kami dapat dengan mudah membaca pernyataan yang kami siapkan. Bahkan mendapat tepuk tangan,” ujarnya.
Dalam unggahan tersebut, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Duta Besar RI untuk PBB Arrmanatha Christiawan Nasir dan pendiri Moonshot Platform Yemi AD, Alexander Braun.
Turut serta dalam Forum Berbagi, Miklos Sunario. Salah satu pendiri EduBeyond yang muda dan cerdas, dari Indonesia. Mempresentasikan karyanya untuk memperjuangkan pendidikan berkualitas melalui teknologi @UNECOSOC pic.twitter.com/DHRWCL4b0B
— Misi Indonesia PBB (@indonesiaunny) 1 Februari 2023
Berdasarkan laman LinkedIn-nya, Miklos Sunario masih kuliah di The University of British Columbia dari September 2021 hingga April 2025. Ia juga kuliah di Sir Winston Churchill High School dari 2019 – 2021.
Sementara itu, rincian pengalamannya adalah sebagai berikut:
Oktober 2021 – Juni 2022: Presiden Masyarakat Sarjana Teknik UBC November 2022 – sekarang: Moonshot Awardee Moonshot Platform Januari 2023 – sekarang: Cansbridge Fellow 2023 Juni 2020 – sekarang: Co-founder dan Direktur Eksekutif EduBeyond
Menurut halaman LinkedIn EduBeyond, perusahaan tersebut berkantor pusat di Vancouver, Kanada. Perusahaan ini memiliki 51 – 200 karyawan.
Perusahaan sedang mengembangkan teknologi pembelajaran adaptif untuk mempercepat proses pembelajaran dalam bahasa Inggris dan literasi teknologi. Mereka menargetkan generasi muda.
“Saat ini, proyek tersebut bertujuan untuk mengurangi waktu 30 menit yang dibutuhkan anak muda di Asia Tenggara untuk mencapai penguasaan bahasa Inggris,” katanya seperti dikutip dari laman LinkedIn.