OPPO mendominasi pasar smartphone di Indonesia pada kuartal ketiga. Pabrikan gadget asal China ini mengalahkan Samsung, Apple hingga Xiaomi.
Pengiriman perangkat OPPO di Indonesia turun 5,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,9 juta di kuartal ketiga. Meski begitu, OPPO masih menguasai pasar Indonesia dengan pangsa 22,9%.
“OPPO mempertahankan posisi pertamanya di kuartal ketiga,” demikian laporan IDC, akhir pekan lalu (18/11).
OPPO meluncurkan model A57 dan A16 yang mendukung segmen ponsel low-end. Perusahaan juga meluncurkan Reno8 di segmen handset kelas menengah (mid-range).
Tawaran Reno8 5G juga sukses mendongkrak pangsa OPPO di segmen 5G Indonesia dari 6,5% di kuartal III 2021 menjadi 19,1%.
Posisi kedua ditempati Samsung dengan pangsa pasar 21,6%. Pengiriman ponsel tersebut dari Korea Selatan ke Indonesia meningkat 14,6% yoy menjadi 1,8 juta.
Samsung meluncurkan Galaxy Z Fold4 dan Galaxy Z Flip4, yang hampir melipatgandakan portofolio smartphone lipatnya.
Perusahaan juga meningkatkan pangsa mereka di segmen ponsel murah dari 50,6% pada kuartal ketiga 2021 menjadi 64,6%. Seri Galaxy A13 dan A03 menjadi faktor pendorong utama.
Selain itu, Samsung meningkatkan pengiriman ponsel 5G mereka menjadi 24,4% dari total volume pengiriman. Pada kuartal ketiga tahun lalu hanya 8,7%.
“Peningkatan ini membantu Samsung mempertahankan predikatnya sebagai pemimpin pasar 5G di Indonesia,” kata IDC.
Rincian pengapalan perangkat di Indonesia dan pangsa pasarnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Pengiriman smartphone di Indonesia pada kuartal ketiga 2022 (dalam jutaan) (IDC)
Secara keseluruhan, pengapalan ponsel di Indonesia turun 12,4% yoy dan 14,6% secara triwulanan (qtq) menjadi 8,1 juta. Hal ini disebabkan oleh inflasi yang mencapai 5,95% yoy pada bulan September.
Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia menilai kenaikan harga BBM alias bahan bakar minyak pada September berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat dan permintaan pasar.
Selain itu, pasar gadget terimbas kenaikan suku bunga acuan di banyak negara termasuk Indonesia serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
“Segmen ultra-low (harga di bawah US$100) dan low (US$100 – US$200) mengalami tekanan yang lebih besar, sehingga total pangsa mereka turun menjadi 75%,” kata Vannesa.
Sedangkan segmen menengah (harga US$ 200 – US$ 400) stabil. Di sisi lain, keuntungan signifikan terlihat pada segmen di atas US$400.
Penjual merilis produk secara strategis, dan menawarkan berbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan,” katanya.