Jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah 200 ribu orang selama Maret-September 2022. Startup seperti Shopee, Tokopedia, Lazada hingga Modalku dan Kredivo dinilai terdampak.
“E-commerce yang menjual produk massal untuk kebutuhan sehari-hari seperti pakaian bisa terdampak,” kata Executive Director CELIOS Bhima Yudhistira kepada Katadata.co.id, Rabu (18/1).
Menurutnya, pembiayaan perusahaan rintisan teknologi finansial (fintech lending) juga perlu diwaspadai. “Salah satu penyebab meningkatnya angka kemiskinan adalah inflasi,” katanya.
Karena itu, menurutnya, startup perlu menyesuaikan tarif layanan dan target bisnis. “Anda tidak bisa mengejar pertumbuhan terlalu tinggi saat daya beli rendah,” katanya.
Selain itu, menurutnya, perusahaan start-up perlu ada money burning atau promosi untuk mendongkrak transaksi. “Tapi bukan kebijakan yang berkelanjutan,” katanya.
Edward Ismawan, Co-Founder dan Managing Partner Ideosource dan Gayo Capital, mengatakan peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia pasti akan mempengaruhi start-up, terutama yang menyasar pasar menengah ke bawah.
Selain itu, startup yang berfokus pada investasi dapat terpengaruh.
Oleh karena itu, menurutnya, perusahaan rintisan perlu menetapkan agenda untuk mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs).
“Ini merupakan agenda dan target dampak startup untuk membantu beberapa agenda SDGs terkait peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia,” ujar Edward kepada Katadata.co.id, Rabu (18/1).
Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo), Eddi Danusaputro. “Startup yang membidik pasar menengah ke bawah (akan terpengaruh dengan bertambahnya jumlah masyarakat miskin),” ujarnya.
Berdasarkan uraian Bhima, Edward dan Eddi, startup yang berpotensi terkena imbas dari bertambahnya jumlah penduduk miskin adalah:
Menargetkan pasar menengah ke bawah seperti Shopee e-commerce, Tokopedia hingga pinjaman Lazada Fintech
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat menjadi 26,36 juta jiwa pada September 2022. Hal itu disebabkan kenaikan harga BBM atau minyak pada September.
“Kenaikan harga BBM ini dibarengi dengan peningkatan angka kemiskinan, terlihat dari angka kemiskinan yang naik tipis pada September dibandingkan Maret 2022,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (16/1). ).
Meski begitu, jumlah penduduk miskin turun 140 ribu dibanding September 2021.
Angka kemiskinan di Indonesia meningkat dari 9,54% pada Maret menjadi 9,57% pada September 2022. Namun menurun dibandingkan September 2021 sebesar 9,71%.
Jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan meningkat pada September 2022 dibandingkan Maret 2022. Rinciannya sebagai berikut:
Di perkotaan meningkat 160 ribu menjadi 11,98 juta orang Di pedesaan meningkat 40 ribu menjadi 14,38 juta orang
Sedangkan berdasarkan persentase tingkat kemiskinan sebagai berikut:
Di perkotaan meningkat dari 7,5% menjadi 7,53% Di pedesaan meningkat dari 12,9% menjadi 12,36%
Garis kemiskinan di Indonesia adalah Rp 535.547 per orang per bulan. Terdiri dari:
Garis kemiskinan makanan Rp 397.125 atau 74,15% Garis kemiskinan non makanan Rp 138.422 atau 25,85%
Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,34 anggota rumah tangga pada September 2022. Dengan demikian, garis kemiskinan setiap rumah tangga miskin adalah rata-rata Rp 2.324.274 per bulan.