Raksasa teknologi seperti Google, Facebook hingga Microsoft telah mem-PHK pekerja secara massal alias PHK, setelah merekrut pekerja besar-besaran di masa pandemi corona. Begitu juga pemula di Indonesia.
Edward Ismawan Chamdani, Co-Founder dan Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital, berpendapat bahwa ada beberapa penyebab PHK raksasa teknologi dan startup, baik faktor eksternal maupun internal.
“Bisa jadi karena product market fit (PMF) tidak akurat, sehingga harus dilakukan penyesuaian hingga level pegawai yang sebenarnya pelaksana,” ujar Edward kepada Katadata.co.id, Senin (13/2).
Product Plan mendefinisikan product market fit sebagai konsep atau skenario ketika pelanggan perusahaan ingin membeli, menggunakan dan menyebarkan informasi tentang produk.
Jika itu terjadi pada banyak pelanggan bisnis, maka akan dapat mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.
Riset CB Insights juga menunjukkan bahwa 42% startup gagal karena gagal menemukan product-market fit.
Sedangkan faktor eksternal dapat berupa jatuhnya harga saham. “Akhir-akhir ini, kebanyakan di hampir semua perusahaan teknologi global karena anjloknya harga saham,” tambah Edward.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyebutkan sejumlah faktor yang bisa menyebabkan raksasa teknologi dan startup merekrut karyawan secara besar-besaran, di antaranya:
Data yang salah Terlalu ambisius dalam ekspansi Mengikuti tren pesaing
Menggambarkan PHK massal yang dilakukan oleh raksasa teknologi dan startup setelah merekrut karyawan dalam jumlah besar, Eddi menyarankan para pendiri untuk belajar lebih berhati-hati dalam mengelola dana. “Apalagi setelah mendapatkan dana,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (10/2).
Pengeluaran harus ditujukan untuk mencapai keuntungan, bukan hanya pendapatan.
Google, Amazon, Microsoft, Salesforces, Meta, dan Spotify mempekerjakan hampir satu juta pekerja selama wabah virus corona. Pada akhirnya, enam perusahaan teknologi besar ini mem-PHK 58.590 pekerja sejak akhir tahun lalu.
Keenam raksasa teknologi tersebut mempekerjakan total 969.479 pekerja dari akhir 2019 hingga 2022. Saat jumlah kasus Covid-19 menurun, enam raksasa teknologi ini mem-PHK lebih dari 58 ribu pekerja.
Raksasa teknologi besar-besaran mempekerjakan pekerja pada awal wabah koronavirus. Dengan rincian sebagai berikut:
Raksasa teknologi besar merekrut pekerja selama pandemi coronavirus (CNN International)
Raksasa teknologi besar merekrut pekerja selama pandemi coronavirus (CNN International)
Kemudian mereka melakukan PHK besar-besaran. Dengan rincian sebagai berikut:
Persentase karyawan yang diberhentikan oleh raksasa teknologi dan dipekerjakan selama pandemi virus corona (Yahoo)
CEO Zoom Eric Yuan juga mengakui bahwa perusahaan melakukan kesalahan dalam perekrutan. Kini penyedia layanan rapat online yang menjadi tren di masa pandemi corona ini akan merumahkan 1.300 pekerjanya.
Yuan mengatakan orang dan bisnis mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan setelah wabah Covid.
Oleh karena itu, “Zoom perlu beradaptasi dengan ketidakpastian ekonomi global dan dampaknya terhadap pelanggan,” ujarnya dalam blog resminya, dikutip dari CNBC International, Selasa (7/2).
“Kami bekerja tanpa lelah dan menjadikan Zoom lebih baik bagi pelanggan dan pengguna. Tapi kami juga membuat kesalahan,” kata Yuan. “Kami tidak menghabiskan waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim secara keseluruhan atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan, menuju prioritas tertinggi.”
Hal serupa terjadi di Indonesia. Startup layanan terkait karir RevoU melaporkan tentang startup yang telah banyak merekrut selama setahun terakhir.
Mereka mengumpulkan data dari lebih dari 50 perusahaan teknologi di Indonesia dan regional tentang pertumbuhan jumlah karyawan.
Data dikumpulkan dari LinkedIn Premium Insights, serta artikel penelitian tentang Tech in Asia dan Daily Social dari Mei 2021 hingga Mei 2022.
Selain itu, perusahaan yang ditinjau harus mengalami pertumbuhan karyawan minimal 30% atau bertambah 100 karyawan. Hasilnya, ada 53 perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut.
“Namun, hanya 10 perusahaan dengan pertumbuhan karyawan tercepat yang masuk dalam analisis dan kajian infografis berdasarkan data RevoU,” ujarnya dalam siaran pers, Juli lalu (7/7/2022).
Terdapat 10 perusahaan dengan persentase pertumbuhan karyawan tercepat sepanjang Mei 2021 – Mei 2022, yaitu:
Moladin (567%): 97 s/d 647 karyawan Sekolah.mu (157%): 382 s/d 980 karyawan Flip (142%): 174 s/d 421 karyawan Magic (133%): 190 s/d 443 karyawan Ula (126%): 294 s/d 421 karyawan 663 karyawan Waresix (111%): 183 s/d 387 karyawan Zenius (100%): 606 s/d 1205 karyawan eFishery (95%): 408 s/d 795 karyawan Benih (94%) Terampil (93%)
Sedangkan 10 perusahaan dengan jumlah karyawan baru terbanyak adalah:
Ruangguru (3.921 to 6.272) Tokopedia (5.830 to 7.667) SiCepat (2.237 to 3.791) Gojek (23.624 to 24.804) J&T Express (4.972 to 6.096) Traveloka (2.409 to 3.791 to 3.791) Gojek Express (23.624 to 24.804, J&T 7.804) 6.096) Traveloka (2.437 menjadi 3.791 menjadi 3) menjadi 980) Moladin (penambahan 550 karyawan baru)
RevoU juga mengungkapkan ada tiga perusahaan di Asia Tenggara yang memiliki persentase pertumbuhan karyawan tertinggi di bulan Mei, yaitu Glints 69%, Shopee 58%, dan TADA 34%.
Sementara itu, tiga besar perusahaan dengan peningkatan jumlah karyawan baru yang konsisten tahun ini adalah Shopee, Grab, dan Lazada. Rincian penambahan jumlah pegawai awal sejak akhir tahun lalu adalah sebagai berikut:
Shopee tambah 17.326 orang Grab 3.305 orang Lazada 2.027 orang Kilat 547 orang RedDoorz 215 orang Zalora 191 orang TADA 63 orang
Kini Shopee, Moladin, Zenius, Ruangguru, dan Ula melakukan PHK.