Riset menunjukkan bahwa 66% pengemudi ojek atau ojol dan kurir online ingin bekerja sebagai ‘pekerja kantoran’. Bagaimana tanggapan Gojek dan Grab?
Komisaris GoTo Gojek Tokopedia Agus DW Martowardojo mengatakan perusahaan telah menghubungkan 2,5 juta mitra pengemudi taksi dan ojek secara online.
“Kemungkinan mereka memiliki kesempatan untuk bekerja secara permanen sebagai karyawan, mereka mungkin mau,” kata Agus pada Media Conference Launching LPEM UI Research: The Economic Impact of the GoTo Ecosystem on National Economy 2022, di Gojek Kantor, Rabu (29/3).
Namun, jika tidak ada lapangan kerja tetap, pengemudi ojek online tetap bisa mendapatkan penghasilan melalui aplikasi Gojek.
Selain itu, ada juga pekerja kantoran dan mahasiswa yang membuka toko di Tokopedia.
Hal senada disampaikan Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo. Ia mengatakan, lebih dari 50% mitra pengemudi taksi dan ojek online di platform tersebut adalah pekerja paruh waktu.
Artinya, pekerja kantoran atau pekerja biasa lainnya mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjadi driver ojek online atau ojek online.
Menurutnya, bukan hanya pekerja yang harus dilihat, tapi juga kekurangan pekerjaan. “Kalau ada tambahan lapangan pekerjaan sehingga kita bisa mendapat penghasilan tambahan, pasti semua orang mau melakukannya,” ujarnya.
“Jika Anda ingin memiliki niat untuk mendapatkan penghasilan tambahan, kami adalah platform yang memberikan kesempatan ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Head of Corporate Communications & Policy Grab Indonesia Dewi Nuraini mengatakan mitra pengemudi taksi online dan pengemudi ojek merupakan salah satu pemangku kepentingan utama perusahaan.
“Grab berkomitmen mendukung kesejahteraan sesama pengemudi taksi dan ojol dalam jangka panjang,” kata Dewi kepada Katadata.co.id, pada Februari (14/2).
Ia juga memastikan bahwa Grab selalu menghadirkan berbagai inisiatif rutin bagi para Mitra. “Tidak hanya untuk terus mempererat silaturahmi, tetapi juga untuk memberikan apresiasi dan apresiasi kepada Mitra,” ujarnya.
Beberapa inisiatif tersebut antara lain:
Kopdar atau kopi bubuk (setiap 2 minggu): pertemuan rutin antara perwakilan Grab dan Mitra di seluruh Indonesia, tatap muka dan online. NGASO (1x/bulan): Manajemen Grab mengunjungi base camp mitra untuk dialog dan diskusi langsung dua arah. Solidarity Match Grab (triwulanan): kegiatan olahraga futsal dan bulu tangkis reguler untuk Mitra. Nobar Warga Grab (triwulanan): mengajak mitra pengemudi dan keluarga untuk bersama-sama menonton film Indonesia berkualitas. Perayaan (1x/tahun): kegiatan festival akhir tahun di beberapa kota besar di Indonesia Grab Partner Day (1x/tahun): acara rutin tahunan dan hari Mitra dengan menghormati dan mengapresiasi Mitra yang telah setia dan berdedikasi.
Grab juga memastikan terus berupaya menjaga pendapatan dan kesejahteraan para mitra pengemudinya melalui berbagai inisiatif, seperti berikut ini:
GrabBenefits: Memudahkan mitra untuk mendapatkan berbagai diskon dan promo menarik terkait kebutuhan sehari-hari, seperti beras, hingga kebutuhan otomotif. Misalnya oli, ganti oli, servis kendaraan, hingga kebutuhan kesehatan. GrabModal: Grab bekerja sama dengan JULO, perusahaan penyedia kredit digital yang berlisensi dan diawasi oleh OJK. Tujuannya adalah untuk menyediakan pinjaman mikro bagi Mitra Grab yang aktif. Memberikan asuransi berupa:
Asuransi Kecelakaan: bekerjasama dengan PT Futuready Insurance Broker (FIB)
Asuransi Kesehatan: bekerja sama dengan Allianz untuk memberikan dukungan asuransi kesehatan bagi Mitra, seperti rawat inap, rawat jalan dan pengobatan gigi BPJS Ketenakkerjaan untuk memfasilitasi pendaftaran dan pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)
Sebelumnya, studi mahasiswa PhD London School of Economics (LSE) Muhammad Yoga Permana terhadap 1.000 kurir dan pengemudi ojek online menunjukkan bahwa 66% di antaranya ingin menjadi pekerja kantoran.
Penelitian ini dilakukan pada ojol di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) pada tahun 2021 – 2022.
“Dua pertiga dari mereka mengatakan bahwa jika mereka bisa memilih, mereka lebih memilih pekerjaan tradisional 9-ke-5 daripada menjadi pengemudi ojek online,” kata Yoga di situs resmi LSE.
Ada tiga hal yang mendorong pengemudi ojek atau ojol online kini ingin menjadi pekerja kantoran:
Janji terkait pendapatan dianggap tidak pantas. Jumlah pesaing atau driver ojek online meningkat secara signifikan. Guncangan ekonomi akibat pandemi corona