Lebih dari 86% startup di Asia Tenggara menawarkan Employee Stock Option Plans (ESOPs) atau kepemilikan saham perusahaan kepada karyawan. Hal ini untuk menumbuhkan budaya memiliki perusahaan bagi karyawan.
Angka tersebut tertuang dalam laporan Glints and Monk’s Hill Ventures (MHV) berjudul ‘Laporan Bakat Startup Asia Tenggara 2023’. Laporan tersebut menganalisis 10.000 titik data dan 30 wawancara dengan para pendiri startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.
Laporan tersebut menyatakan bahwa startup Asia Tenggara yang menawarkan ESOP atau kepemilikan saham masih fokus pada sepertiga karyawan. Sebagian besar yang baru diberikan kepada eksekutif dan karyawan senior.
“Sebaliknya, karyawan di level junior atau bahkan menengah menilai ESOP kurang diminati karena pasarnya baru mulai berkembang,” ujar laporan tersebut, Jumat (14/4).
Bukalapak dan GoTo dinilai mampu meningkatkan popularitas ESOP secara signifikan.
Alasan awal menawarkan ESOP:
Menumbuhkan budaya kepemilikan perusahaan 95% Mempertahankan talenta, terutama karyawan senior 82% Menghemat uang tunai 59%
Berdasarkan survei kualitatif oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures, pendiri perusahaan menawarkan periode vesting rata-rata empat tahun dengan periode percobaan rata-rata (tebing) satu tahun.
Jumlah yang diberikan secara bertahap selama periode vesting ini bervariasi. Level juga bervariasi dari bulanan hingga triwulanan.
Startup juga dapat menawarkan ESOP segera setelah kandidat diterima, atau setelah satu tahun bekerja.
“Kami masih dalam tahap awal menciptakan ekosistem ESOP sebagai cara yang efektif untuk membina bakat. Jadi pangsa saham (grup ESOP) di banyak startup di Asia Tenggara masih lebih kecil dibandingkan pasar yang lebih matang seperti AS dan China,” kata General Partner Monk’s Hill Ventures Justin Nguyen.