Riset Amazon Web Services (AWS) dan Gallup menyatakan bahwa 85% pencari kerja di Indonesia mencari karyawan dengan 10 keterampilan digital. Tenaga ahli digital ini juga berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar US$ 129 miliar atau Rp 621,4 triliun per tahun.
Ini karena mereka menerima gaji 121% lebih banyak daripada mereka yang tidak memiliki keterampilan digital.
Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan anak perusahaan Amazon AWS dan Gallup bertajuk ‘Asia Pacific Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce’.
Beberapa hal dari penelitian tersebut:
Penghasilan pekerja digital dengan keterampilan tingkat tinggi lebih tinggi 88% pekerja digital dengan keterampilan tingkat tinggi sangat puas dengan gajinya 49% pekerja digital dengan keterampilan tingkat menengah sangat puas dengan gajinya 44% pekerja digital dengan keterampilan dasar keterampilan sangat puas dengan gaji mereka 21% organisasi/perusahaan di Indonesia yang menjalankan sebagian besar bisnis mereka di cloud melaporkan pertumbuhan pendapatan tahunan dua kali lipat atau lebih Sekitar 12% organisasi yang menerapkan hanya sebagian atau tanpa transformasi digital melaporkan pertumbuhan pendapatan tahunan dua kali lipat atau lebih
Pengertian keterampilan yang dimaksud adalah:
Keahlian digital dasar: kemampuan menggunakan email, pengolah kata dan perangkat lunak produktivitas kerja lainnya, dan media sosial Keahlian digital menengah: termasuk desain web dengan template, aplikasi pemecahan masalah dan analisis data Keahlian digital tingkat tinggi: termasuk pemeliharaan arsitektur atau cloud, perangkat lunak atau pengembangan aplikasi, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), dan pembelajaran mesin atau machine learning
“Penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan digital menciptakan nilai ekonomi yang sangat besar pada tingkat individu, organisasi, dan ekonomi makro,” kata Kepala Ekonom Gallup Dr. Jonathan Rothwell dalam konferensi pers online, Rabu (22/2).
Selain itu, perusahaan beralih ke layanan digital dan mengadopsi teknologi canggih. Hal ini akan mendorong terciptanya lapangan kerja baru.
“Peluang Indonesia di tengah persaingan ekonomi digital bergantung pada keberadaan tenaga kerja yang berkualitas dan terampil, yang akan mendorong laju inovasi, sekarang dan di masa depan,” ujarnya.
Sebanyak 85% pemberi kerja di Indonesia menyoroti 10 teknologi terbaru yang akan menjadi bagian standar operasi bisnis masa depan, yaitu:
5G 74% Kecerdasan buatan / pembelajaran mesin 63% Komputasi tepi 59% Realitas virtual / augmented reality 58% Komputasi kuantum 56% Metaverse 54% Robotika 54% Kembar digital 53% Blockchain 51% Cryptocurrency 46%
84% pemberi kerja Indonesia ingin mengisi lowongan yang membutuhkan keterampilan digital. Namun 86% dari mereka kesulitan menemukan talenta yang mereka butuhkan.
Kemudian, 50% organisasi di Indonesia lebih memilih pelamar dengan gelar sarjana, bahkan untuk posisi staf TI tingkat pemula.
Namun, banyak yang mulai menyadari bahwa tantangan perekrutan dapat diatasi dengan menerima sertifikasi industri dari pelamar. 88% pemberi kerja setuju sertifikasi digital atau kursus pelatihan dapat diterima sebagai pengganti gelar sarjana.
Penelitian ini dilakukan terhadap 1.412 pekerja dewasa dan 348 pemberi kerja di Indonesia dari berbagai organisasi dan industri sektor publik dan swasta.