Analis mengatakan bahwa kekurangan chip (chipset) terus berlanjut. Situasi ini berpotensi menaikkan harga laptop dan ponsel dari Samsung, Apple hingga Xiaomi tahun depan.
Vinay Gupta, direktur riset Asia-Pasifik International Data Corporation, mengatakan kekurangan pasokan chip global telah terjadi sejak awal tahun lalu. Kekurangan ini diperparah di tengah ancaman resesi dan perang Ukraina-Rusia.
“Pasokan semikonduktor tidak akan meningkat dalam waktu dekat. Sebab, banyak bahan baku, gas, yang dibutuhkan untuk produksi semikonduktor ini,” kata Gupta seperti dikutip CNBC International, Rabu (20/7).
Dia memperkirakan kekurangan chip yang parah akan terus berlanjut karena perang antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara ini mendominasi sebagian besar pasar bahan baku yang digunakan dalam produksi chip.
Neon misalnya, sangat penting untuk proses pembuatan chip dan digunakan untuk laser. Ini dikenal sebagai litografi, di mana mesin mengukir pola pada sepotong kecil silikon dan menjadi sebuah chip.
Menurut analis di firma riset Bain & Co. lebih dari separuh neon dunia diproduksi oleh segelintir perusahaan di Ukraina. Perang di negara ini akan menyebabkan gangguan rantai pasokan dan peningkatan biaya pada sejumlah perangkat yang membutuhkan chip tersebut.
“Harga jual rata-rata perangkat akan naik. Vendor infrastruktur kemudian akan meneruskan (kenaikan harga ini) ke pelanggan,” kata Gupta.
Produsen semikonduktor Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC), misalnya, berencana menaikkan harga produk sebesar 6% mulai Januari 2023. Selain itu, harga bahan baku, tenaga kerja, dan biaya listrik akan naik.
Belum lagi, beberapa negara sedang menghadapi ancaman resesi. Naiknya suku bunga di beberapa negara diprediksi akan memperlambat produksi chip.
“Tetapi harapannya adalah bahwa ini akan menjadi pelambatan yang dangkal karena pemerintah dan bank sentral berusaha menyeimbangkan kenaikan inflasi dan suku bunga,” kata Gupta.
Kekurangan chip telah melanda dunia sejak awal tahun lalu. Situasi ini mempengaruhi produsen ponsel untuk otomotif, khususnya mobil listrik.
Kekurangan juga meluas ke berbagai jenis chip dan semua jenis perangkat keras, termasuk smartphone.
Analis GlobalData Daniel Clarkeanalyst mengatakan bahwa kekurangan chip akan berlanjut di beberapa industri tahun ini. “Untuk sektor teknologi, smartphone dan konsol game akan terus terkena dampaknya,” ujarnya seperti dikutip ZDNet, pada Januari (16/1).
Wakil Presiden Direktur Forrester Glenn O’Donnell juga memprediksi kelangkaan akan terus berlanjut hingga 2023. “Karena permintaan akan tetap tinggi dan pasokan akan tetap terbatas. Kami perkirakan kekurangan ini akan berlangsung hingga 2022 atau 2023,” ujarnya seperti dikutip CNBC International, tahun lalu (12/5/2021).