Startup India dan Vietnam menjadi incaran investor di tengah ketatnya pendanaan tahun ini. Namun, venture capital Indonesia menilai pasar Indonesia tetap menarik.
Berdasarkan laporan Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk eConomy 2022, pendanaan dari modal ventura ke perusahaan start-up di Vietnam pada 2025 – 2030 diperkirakan meningkat 83% dibandingkan tahun ini.
Angka ini lebih tinggi dari Indonesia yang 73%, persentase yang sama dengan Filipina.
Sementara itu, India telah melihat peningkatan pendanaan untuk startup dari investor China selama setahun terakhir. Raksasa teknologi China seperti Alibaba dan Tencent sebelumnya banyak berinvestasi di modal startup Indonesia.
Meski demikian, Edward Ismawan Chamdani, Co-Founder dan Managing Partner Ideosource dan Gayo Capital, mengatakan pasar Indonesia tetap menarik.
“Kalau dilihat dari ukuran ekonomi digital, Indonesia hampir 2,5 sampai 3 kali lebih besar dari Vietnam,” kata Edward kepada Katadata.co.id, Senin (26/12).
Pangsa pasar India lebih besar dari Indonesia. Namun, “dari samping
Tingkat pertumbuhan tahunan Indonesia atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) juga tidak kalah menarik,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, pasar India dan Vietnam telah menerima permintaan investor selama 5-10 tahun terakhir. “Dan, itu akan terus diminati,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (26/12).
“Karena orang-orangnya, kelas menengah tumbuh dan menghabiskan banyak uang. Mirip dengan Indonesia. Sektornya juga mirip, seperti market, fintech, logistik, edutech, kesehatan, dan lain-lain,” tambah Eddi.
Awal dari Vietnam dan India Bersinar
Co-Founder Golden Gate Ventures Vinnie Lauria mengatakan Asia Tenggara akan terus menjadi tujuan investasi tahun depan. Namun ada satu pasar tertentu yang menonjol.
“Vietnam akan bersinar dengan latar belakang tantangan ekonomi global,” kata Lauria seperti dikutip dari e27.
Dia mengatakan dengan raksasa teknologi global yang berinvestasi dalam manufaktur teknologi tinggi di Vietnam, pasar domestik berkembang pesat dengan produk domestik bruto (PDB) yang diproyeksikan sebesar 6,2%.
Hal ini dianggap mampu menjadikan Vietnam sebagai magnet besar bagi talenta teknologi. Pada akhirnya, ini akan melahirkan generasi startup teknologi berikutnya yang dapat mendominasi Asia Tenggara.
Lauria juga mencatat adanya potensi perubahan jenis investasi di Vietnam. “Kami akan melihat pergeseran ke investasi yang lebih konservatif,” kata Lauria. “Tetapi dengan kumpulan investor yang lebih luas sekarang mencari nilai jangka panjang di Asia Tenggara.”
Laporan Google, Temasek dan Bain & Company menyebutkan bahwa Vietnam, Indonesia dan Filipina merupakan pasar yang menarik bagi investor. Namun, pertumbuhan pendanaan di Vietnam diperkirakan paling tinggi, dengan rincian sebagai berikut:
Estimasi pertumbuhan pendanaan untuk startup Asia Tenggara (Google, Temasek dan Bain & Company)
Sementara itu, India dibanjiri investasi dari China tahun lalu, menurut data dari Tracxn. Dengan rincian sebagai berikut:
2019: Ada 232 kesepakatan senilai US$ 6,68 miliar 2020: Ada 225 kesepakatan senilai US$ 3,95 miliar 2021: Ada 268 kesepakatan senilai US$ 14,13 miliar
Salah satu pendiri Facebook, Eduardo Saverin mengatakan, potensi pasar India sangat luar biasa. “Padahal masih tertinggal beberapa tahun dari China,” ujarnya dalam diskusi panel di Forbes Global CEO Conference di Singapura, seperti dikutip CNBC International, pada September (29/9).
Perusahaan investasinya B Capital menyalurkan beberapa investasi ke India. “Saya pikir karena pasar terus matang, dan saat Anda memasuki lingkungan ekonomi makro yang lebih baik, ini adalah pasar untuk dipertaruhkan, ditambah Asia Tenggara,” katanya.
Menurutnya, sebagian besar pertumbuhan di India akan datang dari perusahaan teknologi. Oleh karena itu, B Capital merambah pasar ini.