liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Startup Waste4Change, Sinar Mas, Indocement Buat Proyek Sampah Rp250 M

Startup Waste4Change menggandeng anak usaha Sinar Mas, Indocement dan lima perusahaan lainnya untuk menggarap proyek pengelolaan sampah senilai Rp 250 miliar.

Perusahaan yang telah menandatangani perjanjian kerjasama atau MoU antara lain:

Samudera IndonesiaKomoditas FreepointPT Alam Clean IndonesiaPT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Anak Perusahaan Sinar Mas, SinarMas LandBasra CorporationrePurpose Global

Dana Rp 250 miliar itu akan digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah di berbagai daerah.

“Harapan saya, Waste4Change dapat terus berkembang dan menjadi mitra yang tepat untuk mengembangkan investasi hijau di bidang persampahan,” ujar CEO & Founder Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano saat peresmian RPM Waste4Change Bekasi 2.0, Rabu (8/3).

Kerjasama investasi dan proyek tersebut bertujuan untuk menciptakan pengelolaan sampah berbasis teknologi digital.

Dikatakannya, penanganan masalah sampah membutuhkan kerja sama dan kontribusi semua pihak. Stakeholder adalah bagian dari solusi untuk bekerja sama menangani sampah dari hulu hingga hilir.

“Sehingga perlu membuka seluas-luasnya investasi yang lebih hijau dengan mereformasi sektor persampahan di Indonesia,” ujarnya.

Ada banyak skema pendanaan, namun perlu dipastikan bahwa ekosistem yang didukung oleh semua pemangku kepentingan menciptakan dampak yang berkelanjutan.

Waste4Change juga meresmikan Waste4Change Bekasi Material Recovery House (RPM) 2.0 yang menggabungkan teknologi inovatif untuk mengelola sampah.

Inovasi RPM dengan penambahan teknologi menggunakan dana baru dari pendanaan Ser A Waste4Change sebesar Rp 76,9 miliar dari AC Ventures, Barito Mitra Investama dan investor lainnya tahun lalu.

Inovasi teknologi dan RPM 2.0 menghabiskan anggaran sekitar Rp 10 miliar. “Termasuk penambahan fungsi gedung, pemutakhiran digitalisasi data, dan lain-lain,” ujar CEO & Founder Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano kepada Katadata.co.id, Rabu (8/3).

Dengan inovasi teknologi ini, RPM 2.0 diprediksi mampu mengurangi sampah dari 65% menjadi 10%. Kapasitas pengelolaan sampah RPM Bekasi Waste4Change juga meningkat dari 18 ton menjadi 22 ton per hari.

Teknologi pemilahan sampah terbaru di RPM Waste4Change diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan sampah oleh Waste4Change. Berikut daftar mesin pemilah sampah otomatis yang dimiliki startup Waste4Vhange:

Conveyor : memindahkan material agar mudah dipisahkan (anorganik dan sampah : benda keras dan berserat) Gibrig : memisahkan material daun plastik dan pulp organik (untuk bsf) Centris : daun plastik dari Gibrig masuk ke Centris berfungsi sebagai pengering (ada 2 keluaran plastik kering ) dan sisa-sisa organik yang menempel) Blower: menyedot bahan plastik keluaran dari pusat ke panggung Pencacah plastik: mencabik-cabik plastik dari panggung untuk membuat bulu halus.

“Pendanaan di sektor pengelolaan sampah akan berdampak besar pada keberlanjutan,” katanya.

Menurutnya, pengelolaan sampah merupakan kebutuhan dasar, sehingga akan ada kebutuhan yang tetap meskipun kondisi ekonomi dan sosial berubah.

Selain itu, banyak inovasi yang bisa dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kontribusi dari pemangku kepentingan lainnya untuk turut serta menyediakan ekosistem persampahan Indonesia yang dapat menerima investasi hijau.

Pengelolaan sampah masuk dalam daftar prioritas investasi hijau yang ditetapkan Kementerian Keuangan. Dengan tujuan penerapan pembiayaan campuran yang menyasar pembangunan infrastruktur pada sektor yang memiliki multiplier effect terbesar, diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup dan pemanfaatan teknologi hijau.

Namun, sekitar 40% – 50% pembangunan TPST dan TPS3R tidak terawat dan sanitary landfill berubah menjadi tempat pembuangan sampah karena skema pendanaan yang tidak berkelanjutan.

Oleh karena itu, diperlukan reformasi retribusi sampah yang memungkinkan investasi berkelanjutan serta regulasi yang memastikan investasi infrastruktur pengelolaan sampah lebih optimal.

“Menangani masalah sampah membutuhkan kerjasama dan kontribusi semua pihak,” kata Mohamad saat peresmian RPM Waste4Change Bekasi 2.0, Rabu (8/3).

“Stakeholder adalah bagian dari solusi untuk bekerja sama menangani sampah dari hulu ke hilir, sehingga kita perlu membuka seluas-luasnya investasi hijau dengan mereformasi sektor sampah ini di Indonesia,” imbuhnya.

Investasi hijau di sektor pengelolaan sampah bertujuan untuk menangani sampah melalui perbaikan infrastruktur atau fasilitas dan pengalihan sumber daya. Selain itu, mewujudkan penerapan ekonomi sirkular yang fokus pada pengurangan timbulan sampah sejak awal.

Berdasarkan survei Global Sustainable Investment Alliance (GSIA) 2021, aset investasi hijau di negara berkembang berpotensi tumbuh hingga US$ 30,7 triliun. Ini membutuhkan total investasi modal sebesar US$18 miliar dalam teknologi dan US$22 miliar dalam layanan antara tahun 2017 dan 2040.

Investasi ini diperlukan untuk mengatasi tantangan mengubah praktik bisnis seperti biasa menuju Skenario Perubahan Sistem pengelolaan limbah dan daur ulang yang efektif berdasarkan laporan NPAP.