Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan 49 perusahaan sedang dalam proses untuk mendaftarkan penawaran umum perdana (IPO) mereka. Tujuh di antaranya berkecimpung di bidang teknologi, termasuk startup.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna merinci daftar perusahaan atau startup yang akan IPO berdasarkan aset, yaitu:
5 perusahaan dengan aset skala kecil atau di bawah Rp 50 miliar 28 perusahaan skala menengah dengan aset Rp 50 miliar – Rp 250 miliar 16 perusahaan dengan skala aset besar atau di atas Rp 250 miliar
Rincian perusahaan yang akan IPO berdasarkan sektor:
6 Sektor Bahan Dasar 10 Sektor Siklus Konsumen 6 Sektor Siklus Non Konsumen 2 Sektor Energi 2 Sektor Keuangan 1 Sektor Kesehatan 3 Sektor Industri 2 Sektor Infrastruktur 5 Sektor Real Estate & Real Estate 7 Sektor Teknologi 5 Sektor Transportasi & Logistik
BEI tidak merinci nama perusahaan teknologi atau startup yang akan segera IPO. Namun, beberapa startup telah mengungkapkan rencana mereka untuk mengambil tempat di bursa.
Daftar perusahaan teknologi atau startup yang telah mengungkapkan rencana IPO mereka antara lain:
IDMERAFORA
IDMETAFORA merupakan perusahaan rintisan pembuat website dan software ERP yang didirikan pada 2014. Founder dan CEO IDMETAFORA M Abdurrohman Alhafidz mengatakan, perusahaan merencanakan IPO dalam waktu dekat.
“Sudah dua tahun ini kami dekat dengan BEI. Beberapa pertemuan, dan komunikasi dengan beberapa sekuritas,” kata Abdurrohman dalam wawancara dengan RBTV Jogja bulan ini.
Selain itu, perusahaan telah bekerja sama dengan akuntan publik.
Abdurrohman mengaku sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak sebelum pandemi corona.
Bios Digiasia
Startup fintech berbasis Embedded Finance as a Service (EFaaS) milik mantan CEO Indosat Alexander Rusli, Digiasia Bios berencana melakukan IPO di Nasdaq Stock Exchange (AS) AS pada kuartal kedua.
Digiasia Bios telah menandatangani perjanjian merger bersama dengan SPAC Stonebridge Acquisition Corporation.
Kepala Integrasi Ekosistem Digital Digiasia Bios Joseph Lumban Gaol mengatakan proses IPO berjalan sesuai rencana.
Alasan perusahaan memilih IPO di US Stock Exchange adalah karena ingin memperluas jangkauannya ke pasar internasional. Menurutnya, dana di Amerika lebih kuat dan investor lebih familiar dengan konsep fintech business to business (B2B).
J&T Express
J&T Express dilaporkan merencanakan IPO di Hong Kong pada paruh kedua tahun ini. Penawaran awal bertujuan untuk mengumpulkan hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 31,2 triliun.
Katadata.co.id mengkonfirmasi kabar ini kepada J&T Express. Namun, decacorn asal Indonesia ini belum memberikan jawaban.
Sumber yang mengetahui kabar tersebut menyebut J&T Express berencana go public tahun lalu. “Namun, aksi korporasi ini sempat tertunda karena kondisi pasar yang tidak menentu,” kata Reuters seperti dikutip pada Februari (17/2).
“J&T Express berencana menjual 10% sahamnya,” kata sumber tersebut.
Pemula mengikuti program Road to IPO BEI
Pada Desember 2022, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna mengatakan Inkubator BEI telah melatih 65 perusahaan yang mengikuti program road to IPO.
Traveloka dan Kredivo
Kedua startup ini merencanakan IPO sebelum pandemi corona. Namun, rencana ini telah disimpan.